“Luangkanlah waktu untuk intropeksi diri dengan
melihat tanggung jawab, karena itu adalah jalan untuk ibadah yang
mendatangkan ketenangan dan kesungguhan dalam bertindak”
Didunia
ini begitu banyak hal yang bisa kita jadikan objek untuk beribadah
dalam memperoleh pahala, tidak hanya sebatas ritual seperti sholat dan
berdzikir akan tetapi juga dalam bersosial. Bahkan ibadah terbanyak
sebenarnya justru menyangkut sosial. Maka ibadah seorang presiden,
mentri, bapak KBRI, bupati, bapak lurah.dan bahkan ketua organisasi
Tidak diukur pada kekhusyukannya sholat. Atau lamanya berwiritan.
Melainkan pada tanggung jawab dan kebijaksanaanya yang membawa
kesejahteraan rakyat/ anggota.
Diriwayatkan
bahwa sultan Mahmud Al Garnawi, beliau di awal pemerintahannya duduk
setelah shalat shubuh untuk sibuk membaca shalawat kepada Nabi Muhammad
SAW sebanyak tiga ratus ribu kali sampai siang hari dan rakyatnya
duduk di pintu, menunggu keluarnya Sultan Mahmud untuk menyelesaikan
hajatnya. Setelah keadaan ini berlangsung lama, maka beliau melihat
Nabi SAW di dalam tidurnya Nabi mengatakan kepadanya "Apa ini
pemanjangan waktu sehingga rakyatmu telah menunggu kamu keluar ", maka
Sultan Mahmud menjawab saya duduk menghabiskan waktu lama karna saya
bershalawat kepadamu dalam jumlah tertentu (300 ribu kali) dan saya
tidak akan berdiri sebelum selesai. Maka Nabi mengatakan kepadanya "Ini
menyusahkan orang lemah (Rakyatmu) dan yang punya hajat, akan tetapi
saya (Nabi) akan mengajarkan kepadamu Shalawat yang ringkas yang mana
apabila kamu membacanya satu kali sebanding 100 ribu kali, jadi kamu
tinggal membaca 3x saja sudah sebanding 300 ribu kali. Setelah itu kamu
keluar menemui rakyatmu untuk menyelesaikan urusan-urusan mereka,
sehingga kamu mendapat pahala shalawat 300 ribu kali dan mendapat
pahala memberi manfaat kepada orang muslimin.
Dikisah
itu Rasulullah SAW memberikan bimbingan yang sangat berarti, bahwa
seseorang itu harus bisa menempatkan diri pada posisinya, karena dengan
melayani rakyat/ anggota dan memenuhi kebutuhan mereka merupakan
ibadah yang besar yang kelak akan dimintai pertanggung jawabanya. Jadi
tidak benar seandainya seorang pemimpin asik dalam ibadahnya sementara
rakyat/anggotanya dibiarkan dengan memperlama urusan mereka, apalagi
sampai menterlantarkan tanpa dipedulikan keperluannya, dan malah
mengambil kesempatan untuk mengorek harta dengan dalih tunjagan untuk
setiap urusan. Nauzu billah.
Allah maha adil,
segalanya telah disesuaikannya, oleh karenanya jangan kawatir tidak
kedapatan pahala. Dan harus bisa menempatkan pada posisinya dengan
sebenar-benar kepedulian serta tanggung jawab. menyadari kita adalah
sebagai manusia yang juga memiliki kelemahan dan saling membutuhkan
sehingga sadar akan peran kita sebagai apa itu adalah jauh lebih baik
dari pada merasa hebat walaupun benar-benar memiliki banyak kelebihan.
Ibadah
anggota DPR diukur dari kesunggguhannya menyuarakan aspirasi rakyat.
ibadah pemimpin negara/pemimpin organisasi diukur pada tanggung
jawabnya, dan kepudulianya kepada anggota dengan mendengarkan teriakan
argumenya. Ibadah insan pers diukur dari kebenaran informasinya, tidak
memfitnah.. Ibadah seorang sutradara dan produser film diukur dari
kandungan pesan baik didalam film yang dipersembahkanya sehingga
berdampak positif pada para pemirsa, bukan merusak moral. Ibadah para
pelajar diukur pada kesungguhanya dalam menuntut ilmu dan terus
berusaha maju dengan memiliki keyakinan yang kuat bahwa semua pasti
bisa, bukan malah menyerah, ogah-ogahan dan malah menyalahkan takdir.
Mungkin sesekali kegagalan akan menghinggap dan memang menyakitkan,
akan tetapi marilah belajar untuk bisa menerima kegagalan, kemudian
tanamkan tekat untuk lebih baik. Insya allah ada jalan dan ribuan
kesuccessan akan diraih.Wallahu a’lam.

COMMENTS