Identitas merupakan suatu hal yang penting bagi setiap objek, dimana dengannya seseorang dapat membedakan antara satu objek dengan objek yang lainnya. Nama menjadi salah satu bagian dari sebuah identitas yang mana “nama” menjadi bagian utama dari bagian identitas yang lainnya. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan nama yang dinisbahkan kepada seseorang. Normalnya setiap orang yang saling mengenal, entitas yang paling utama diingat ialah nama selain bentuk wajah dan tubuh. Dengan diingatnya nama tersebut maka komunikasi antara orang satu dengan yang lainnya akan berjalan lebih baik dan lebih dekat dibanding hanya mengingat bentuk wajah dan bagian tubuh.


Nama tidak hanya diberikan secara eksklusif kepada seseorang (manusia). Nama juga dapat diberikan kepada berbagai objek secara umum. Dalam hal ini nama yang dimaknai bukan hanya (penulis menyebutnya) “nama umum” tetapi “nama khusus” yang memang secara khusus diberikan oleh pemilik objek tersebut. Maksud penulis mengenai “nama umum” disini ialah nama yang secara umum dan tidak spesifik persatuan objek, contohnya ketika kita akan membedakan entitas hewan satu dengan yang lainnya kita hanya menyebutkan “ini adalah hewan kucing dan itu adalah hewan kambing”, kalimat tersebut tidak menyebutkan secara khusus kucingnya siapa namanya atau spesifikasi kambingnya bagaimana. Sedangkan “nama khusus” disini ialah nama yang lebih spesifik yang bertujuan membedakan antara satu objek dengan objek yang lain secara khusus. Contohnya ketika kita akan membedakan hewan peliharaan milik kita dengan hewan milik tetangga kita yang sama-sama berjenis kucing, kita dapat menggunakan “nama khusus” untuk hewan milik kita dengan nama seperti “muezza”.

Rasulullah Shalallahu ’alaihi Wasalam dalam literature Islam ternyata disebutkan pernah memberikan “nama khusus” kepada hewan bahkan kepada barang-barang milik beliau. Dimulai dari hewan-hewan peliharaan kesayangan beliau diberikan “nama khusus” satu persatu sehingga setiap hewan beliau memiliki perbedaan yang nyata secara khusus kepada beliau, peliharaan yang cukup mahsyur milik beliau ialah kucing yang beliau beri nama “muezza”. Selain hewan peliharaan, Rasulullah Shalallahu ’alaihi Wasalam juga disebutkan memberikan nama kepada barang-barang beliau seperti pedang dan barang-barang lainnya. Hal ini tidak lain karena dengan memberikan nama kepada objek benda atau barang atau sesuatu apapun itu akan memberikan kesan keistimewaan kepada objek tersebut sehingga sifat istimewa yang melekat itu menjadi alasan untuk menjaga dan merawat secara maksimal dengan penuh cinta dan kasih sayang.

Melihat perbuatan Rasulullah Shalallahu ’alaihi Wasalam tersebut sebagai suri tauladan terbaik bagi umat seluruh alam maka memilih untuk mengikuti perbuatan beliau adalah jalan terbaik. Pemberian “nama khusus” seperti yang dicontohkan oleh suri tauladan kita disamping menambah kecintaan dan semangat untuk terus menjaga dan merawat benda yang kita miliki, secara tidak langsung juga telah menunjukkan sikap kecintaan kita kepada Rasulullah Shalallahu ’alaihi Wasalam berupa meniru perbuatan beliau tersebut. Sungguh berlimpah manfaat ketika melekatkan nama khusus kepada objek bermakna yang kita miliki.

Setelah kita pahami bahwa pemberian nama khusus penting untuk diterapkan dalam kehidupan maka tahap selanjutnya pemilihan nama yang cocok dan baik. Dalam suatu kisah Rasulullah Shalallahu ’alaihi Wasalam pernah menolak pemerah susu yang namanya bermakna kurang baik hingga mencari orang lain yang namanya dinilai baik oleh beliau. Dalam riwayat lainnya Rasulullah Shalallahu ’alaihi Wasalam juga mengganti nama sebuah kota pusat kepemimpinan Islam yang pertama yakni kota Yatsrib dengan nama Madinah. Rasulullah Shalallahu ’alaihi Wasalam memilih nama Madinah tidak lain karena makna bahasa arab dari “Yatsrib” memiliki satu makna yang sama dengan “Tatsrib” yang memiliki arti cercaan, kesalahan, atau dosa. Rasulullah Shalallahu ’alaihi Wasalam memilih meninggalkan nama Yatsrib tersebut dan menggantinya dengan Madinah sebagai bentuk gambaran perubahan dari kegelapan menuju cahaya kebaikan.

Ashabul Yamin sebuah nama yang dinisbahkan kepada sebuah komisariat pergerakan mahasiswa Islam (IMM) bagi penulis merupakan sebuah ikhiar menuju puncak kebahagiaan. Kebahagiaan hakiki yang menjadi puncak dari segala kebahagiaan yang ada di dunia. Komisariat sebagai ladang beramal sholeh bagi para anggotanya harus bermanfaat sebaik mungkin, sebagaimana apa yang contohkan Rasulullah Shalallahu ’alaihi Wasalam terhadap kota Yatsrib. Ketika makna yang sebelumnya tidak menunjukkan gambaran semangat kebaikan maka memilih mengganti dengan memilik visi kebaikan adalah solusi.

Ashabul Yamin hadir memecah kebuntuan saran penamaan Komisariat ketika berlangsung pada pagi hari, sabtu tertanggal 4 Februari  tahun 2017. Penentuan nama berlangsung cukup alot ketika Musyawarah Pimpinan Komisariat IMM Tarbiyah dan Keguruan berlangsung. Sehingga diputuskan pada pukul 07.50 WIB ditanggal yang sama, nama Ashabul Yamin menjadi pilihan kuorum musyawarah tersebut. Ashabul Yamin dipilih setelah perenungan tentang kearah manakah komisariat tersebut akan dibawa untuk kedepannya. Dan nama tersebut hadir setelah Al-Qur’an sebagai pedoman arah hidup manusia menjadi pemecah dari kealotan penentuan nama. Ashabul Yamin yang telah ditetapkan tersebut diambil dari penggalan ayat dari Qur’an Surat Al-Waqi’ah. Selain itu penulis setelah membaca dari sumber terpercaya disebutkan bahwa kata Ashabul Yamin hadir tidak hanya di surat Al-Waqi’ah tetapi muncul juga disurat Al-Muddassir dan Surat Al-Balad. Dari ketiga surat tersebut dijelaskan bahwa seluruh makna Ashabul Yamin ialah makna yang baik dimana merupakan golongan orang-orang yang mulia, orang-orang yang selamat hingga orang-orang yang mendapatkan kebahagiaan di masa kehidupan setelah dunia.

Setelah kita pahami bersama betapa pentingnya arti sebuah nama hingga Rasulullah Shalallahu ’alaihi Wasalam pun tidak asal dalam memilih dan memeberi nama, maka ketika nama yang baik telah dipilih langkah selanjutnya adalah melakukan aktivitas yang sesuai dari nama tersebut adalah pilihannya. Aktivitas yang akan membawa para anggota menuju apa yang dicita-citakan melalui nama Ashabul Yamin adalah hal yang patut direnungkan. Jangan sampain nama yang telah baik tersebut terkotori dengan oknum-oktum yang ingin merusak citra kebaikan yang telah dibangun diawal perjalanan tersebut. Semangat kebaikan harus terus hadir didalam setiap kegiatan aktivitas komisariat sebagai wujud kesesuaian nama Ashabul Yamin. Berlomba-lomba dalam kebaikan yang menjadi semboyan khas IMM dan Pemuda Muhammadiyah harus selalu hadir disetiap derap langkah perjuangan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Komisariat Ashabul Yamin. Gerakan kebaikan terus berlangsung menuju puncak kebahagiaan yang sesunggunya. Wallahu ’alam.